Senin, 16 Maret 2015

Logika Mata Cinta

     Kadang cinta tak membutuhkan logika. Cinta adalah bahasa perasaan yang tercipta dari hati itu sendiri. Ketampanan dan kecantikan adalah bagian dari cinta bukan sepenuhnya dari keduanya. Sering kita mendengar bahwa cinta itu buta. Cinta yang tak mengenal waktu, tempat, harta, fisik dan sebagainya, seperti apa sesungguhnya kebutaan cinta itu yang membuat manusia dari tidur menjadi bangun,  dari bangun menjadi tidur, dari patuh menjadi pembangkang, dari gelap menjadi terang bahkan sebaliknya  padahal logika tercipta setiap manusia.
        Logika bermain pada saat awal menarik cinta, setelah itu hati yang berbicara. Cinta buta karena bayang-bayang cinta menari indah di logika yang tertawan. Ketika ketampanan dan kecantikan menjadi picuan cinta maka hati menyeru untuk memiliki. Rasa ingin memiliki menjadikan sang pencinta bergerak untuk cinta, berkorban untuk cinta bahkan menangis untuk cinta.
      Sepintas tamsil atau gambaran, burung Dodo yang menatap tajam mangsanya yaitu ikan-ikan yang menari-nari di dalam air. Ketika menangkap mangsanya maka dia akan menyimpan dahulu kedalam kantung paruhnya kemudian menikmati penuh rasa dengan bahasanya sendiri. Begitu juga dengan manusia mata adalah awal bagian cinta kemudian pikiran menjadi tempat untuk berdiskusi atau musyawarah cinta setelah itu hati yang memutuskan dan membenarkanya.
       Perlu kita fahami bahwa cinta itu tidaklah buruk, kotor maupun keji. Sungguh seorang Ulama sekaligus pujangga yaitu, Ibnu Hazm al Andulisia menyatakan'' bahwa cinta itu suci hanya bagaimana manusia itu sendiri memelihara kesucian dengan aturan cinta yang berlaku''. Cinta menjadi rusak dan kotor karena pencinta menodai, cinta menjadi haram karena halal terbelakangi. Sekarang kita tinggal memilih sebagai seorang pecinta, apakah berlogika dan hati atau tanpa keduanya.

                                                                                          Sedikit goresan Cek Rumi

1 komentar: